Selasa, 13 Maret 2012

Adakah Bid'ah Hasanah..?

Kamis, 16 Februari 12
KHUTBAH PERTAMA:

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ ...

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.

Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Tidaklah samar bagi seorang Muslim yang istiqamah dalam membela Agama Allah, bahwa di antara pokok dakwah Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam yang paling mendasar setelah menyerukan Tauhid dan memerangi syirik, adalah seruan berpegang pada Sunnah dan memerangi bid'ah. Syirik merusak Tauhid, dan bid'ah merusak Sunnah. Ini diisyaratkan dengan sangat jelas dalam sejumlah hadits Rasulullah shallallohu 'alaihi wasallam, yang di antaranya adalah apa yang biasa diucapkan beliau dalam mukadimah khutbah beliau,

وَشَرُّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka." (Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud, an-Nasa`i dan Ibnu Majah).
Sabda beliau ini juga sangat tegas mengatakan bahwa setiap (atau, semua) bid'ah adalah kesesatan dan semua kesesatan adalah di dalam neraka.
Sabda beliau ini begitu jelas, seperti matahari, tapi mengapa bid'ah tersebar luas di tengah kaum Muslimin? Di antara penyebabnya adalah keyakinan banyak orang bahwa bid'ah itu ada dua macam: Bid'ah sayyi`ah (bid'ah yang buruk) dan bid'ah hasanah (bid'ah yang baik).
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Berikut ini adalah beberapa kaidah yang dijelaskan secara ringkas, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam; semua bid'ah adalah sesat.
Pertama: Di antara pokok Agama yang diyakini oleh setiap Muslim, bahkan tidaklah benar iman seseorang jika tidak meyakininya, adalah bahwasa Islam telah disempurnakan oleh Allah, sehingga orang yang menganutnya hanya punya peluang mengamalkan dan melaksanakan; yang kita kenal dengan prinsip: سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا (kami dengar dan kami taati), dan tidak ada lagi alasan untuk mengatakan, ada bid'ah hasanah, setelah Rasul Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Semua bid'ah adalah kesesatan."
Ini adalah pokok yang tegak di atas dalil-dalil yang terang, dan didukung oleh para ulama salaf. Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِيناً
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama bagimu." (Al-Ma`idah: 3).
Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa Syariat Islam telah sempurna, dan apa yang ada di dalamnya sudah cukup bagi kebutuhan manusia untuk menjalankan tugas pokok mereka diciptakan, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu." (Adz-Dzariyat: 56).
Imam Ibnu Katsir berkata mengenai ayat 3 surat al-Ma`idah ini di dalam Tafsir beliau,
"Ini adalah nikmat Allah yang paling besar bagi umat ini, dimana Allah telah menyempurnakan bagi mereka agama mereka, sehingga mereka tidak membutuhkan agama yang lain selain agama Islam, tidak membutuhkan nabi lain selain nabi mereka Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan inilah sebabnya Allah menjadikan beliau sebagai penutup para nabi, yang Allah utus kepada bangsa manusia dan jin; maka tidak ada yang halal kecuali yang beliau halalkan, tidak ada yang haram kecuali yang beliau haramkan, dan tidak ada agama kecuali yang beliau syariatkan."
Karena itu, maka bid'ah apa saja yang dibuat-buat, lalu dinisbahkan kepada Islam, maka itu adalah penambahan atas Syariat, kelancangan yang keji, dan menganggap bahwa Agama ini masih kurang sehingga perlu ditambah.
Inilah yang difahami oleh sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan imam-iman kaum Muslimin. Sebagai contoh, terdapat riwayat shahih dari sahabat Ibnu Mas'ud Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah berkata,

اِتَّبِعُوْا وَلَا تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ.
"Ikutilah (Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam) dan jangan membuat-buat bid'ah, karena sungguh kalian telah dicukupkan (dengan Agama yang sempurna)." (Diriwayatkan oleh ad-Darimi, dan al-Haitsami berkata dalam Majma' az-Zawa`id, "Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan para rawinya adalah rawi-rawi shahih").
Ringkasnya, orang yang menganggap bid'ah itu ada yang baik, maka konsekuensi logisnya adalah bahwa syariat Agama ini belumlah sempurna. Maka Firman Allah tadi, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu," menjadi tidak ada artinya baginya. Disadari atau tidak, orang yang berpandangan bahwa bid'ah itu ada yang baik, maka dia -dengan ucapan maupun sikap- telah mengatakan bahwa ajaran Islam itu belum sempurna. Dan orang yang beranggapan bahwa syariat Agama ini belum sempurna, maka dia adalah seorang yang sesat dan jauh dari kebenaran.
Imam asy-Syaukani Rahimahullah ketika membantah sejumlah pandangan ahli bid'ah, berkata, "Apabila Allah telah menyempurnakan AgamaNya sebelum Dia mewafatkan NabiNya Shallallahu ‘alaihi wasallam, maka apa artinya bid'ah yang dibuat-buat oleh orang-orang yang menganutnya setelah Allah menyempurnakan AgamaNya? Bila dalam keyakinan mereka, bid'ah (yang mereka buat-buat itu) adalah bagian dari Agama, maka Agama ini belum sempurna berdasarkan pandangan mereka tersebut. Dan dalam pandangan ini terkandung penolakan terhadap al-Qur`an. Bila bid'ah tersebut bukan bagian dari Agama, maka apa faidahnya menyibukkan diri dengan ajaran yang bukan dari Agama?"
Apa yang dikatakan asy-Syaukani ini adalah argumen yang tepat dan hebat, yang tak akan bisa dibantah oleh mereka yang mendewakan dan menjadikan akal sebagai tolak ukur. Maka surat al-Ma`idah ayat 3 ini adalah bantahan pertama bagi setiap orang yang mengatakan, bid'ah itu ada yang baik.
Jama'ah Jum'at yang Disayang Allah
Kedua: Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam memikul kewajiban menyampaikan risalah Islam secara total, tidak boleh kurang. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنزَلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan kami turunkan kepadamu al-Qur`an, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka." (An-Nahl: 44).
Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah melaksanakan kewajiban itu dengan sebenar-benarnya, karena kalau tidak, maka itu artinya beliau belum menyampaikan risalah sebagaimana semestinya. Dan ini tidak mungkin, dari segi akal maupun syariat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidaklah diwafatkan Allah dengan berpayung ridha Allah, kecuali karena Agama ini telah beliau sampaikan dengan sempurna, tidak ada lagi yang masih kurang.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengisyaratkan tugas penting ini dalam sabda beliau,

إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِيْ إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرِ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَيُنْذِرَهُمْ شَرَّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ.
"Sesungguhnya tidaklah seorang nabi (diutus) sebelumku, kecuali dia memikul tanggungjawab untuk menunjukkan umatnya segala kebaikan yang diketahuinya, dan memperingatkan mereka dari keburukan yang diketahuinya." (Diriwayatkan oleh Muslim).
Dalam hadits lain Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا بَقِيَ شَيْءٌ يٌقَرِّبُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُ مِنَ النَّارِ إِلَّا وَقَدْ بُيِّنَ لَكُمْ.
"Tidak ada sesuatu pun yang tersisa yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali benar-benar telah dijelaskan bagi kalian." (Diriwayatkan ath-Thabrani, dan disha-hihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah no. 1803).
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,

قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لَا يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِيْ إِلَّا هَالِكٌ.
"Sungguh aku telah meninggalkan kalian di atas (Agama dan hujjah) yang terang, malamnya bagaikan siangnya, tidak ada yang berpaling darinya setelah sepeninggalku kecuali orang yang binasa." (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh al-Albani da-lam Shahih Sunan Ibnu Majah).
Dan terdapat riwayat shahih dari ummul Mukminin, Aisyah Radhiyallahu ‘anha, bahwasanya beliau berkata, "Barangsiapa yang mengatakan kepada Anda, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu, maka janganlah percaya kepadanya, karena Allah Ta’ala berfirman,

َيَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ وَاللّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللّهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
'Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu laksanakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan (amanat) risalahNya'.(Al-Ma`idah: 67)." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Inilah sebabnya Imam Malik bin Anas Rahimahullah pernah berkata,"Barangsiapa yang membuat-buat suatu bid'ah, lalu menganggapnya baik, maka dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam telah berkhianat (dengan menyembunyikan sebagian wahyu). Karena Allah telah berfirman, الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ "Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu", maka apa yang pada hari (diturunkannya ayat) ini bukan ajaran Agama, hari ini tidak menjadi ajaran Agama." (Lihat al-I'tisham, oleh asy-Syathibi, 1/49).
b]Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Ketiga: Menetapkan syariat adalah hak khusus Allah, Penguasa alam semesta. Manusia sama sekali tidak punya hak untuk ikut membuat ajaran-ajaran syariat. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaih wasallam sendiri hanya menetapkan apa yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala, dan ini adalah masalah yang jelas. Kalau seandainya Syariat Agama ditetapkan berdasarkan daya nalar dan jangkauan akal manusia, niscaya diutusnya para Rasul oleh Allah menjadi sesuatu yang tidak bermakna, karena manusia toh bisa menetapkan syariat sendiri.
Perhatikan ketika Allah Ta’ala berfirman,

اتَّبِعُواْ مَا أُنزِلَ إِلَيْكُم مِّن رَّبِّكُمْ وَلاَ تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِ أَوْلِيَاء قَلِيلاً مَّا تَذَكَّرُونَ
"Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya." (Al-A'raf: 3)
Al-Allamah as-Sa'di berkata dalam Tafsir beliau, "…dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya", maksudnya, jangan kalian pilih mereka dan jangan ikuti keinginan hawa nafsu mereka.
Orang yang lancang membuat-buat ajaran baru, sesungguhnya dia telah menempatkan dirinya sederajat dan sebagai tandingan bagi Allah Ta’ala, dan ini adalah kezhaliman yang amat berbahaya.
Camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
"Apakah mereka mempunyai sekutu-sekutu selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka ajaran agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih." (Asy-Syura: 21).
Ditambah lagi, bahwa ini artinya dia telah membuka pintu perselisihan yang tak ada habis-habisnya bagi masyarakat Muslim, karena setiap orang merasa berhak membuat ajaran dan satu sama lain tidak mungkin melahirkan ajaran yang sama.
Perhatikan Firman Allah Ta’ala,

وَأَنَّ هَـذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيماً فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
"Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah ia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa." (Al-An'am: 153).
Imam Mujahid Rahimahullah, salah seorang ulama tabi'in berkata, " وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ (… dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain)", maksudnya adalah, bid'ah-bid'ah dan syubhat-syubhat."
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Kesimpulan dari poin yang ketiga ini: Agama ini adalah agama Allah. Hanya Allah yang berhak menetapkan syariat; artinya, ajaran agama dan jalan yang lurus hanyalah yang telah digariskan Allah. Rasulullah sendiri hanya menetapkan syariat berdasarkan kehendak Allah. Patut kita simak baik-baik apa yang dikata-kan oleh Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam kitab beliau I'lam al-Muwaqqi'in 1/344, "Telah diketahui semua bahwa tidak ada yang haram kecuali yang telah diharamkan oleh Allah dan RasulNya, dan tidak ada perbuatan yang dianggap berdosa kecuali yang dinyatakan berdosa oleh Allah dan RasulNya bagi pelakunya. Sebagaimana tidak ada yang wajib kecuali yang diwajibkan Allah dan RasulNya dan tidak ada agama kecuali yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Maka prinsip dasar dalam segala ibadah adalah, "batil, sampai ada dalil yang mendasarinya, …"
Dan sebelum beliau, guru beliau Syaikhul Islam berkata dalam Majmu' al-Fatawa 31/35, "Masalah ibadah, ajaran agama, dan sarana mendekatkan diri kepada Allah, hanya diambil dari Allah dan Rasul-Nya. Maka tidak ada hak bagi seorang pun (siapa pun dia) untuk membuat suatu bentuk ibadah atau cara mendekatkan diri kepada Allah, kecuali dengan dalil syar'i."
Keempat: Bid'ah sudah pasti hanya mengikuti hawa nafsu; karena akal manusia, apabila tidak mengikuti syariat, tidak ada kemungkinan lain kecuali mengikuti hawa nafsu. Dan kita semua insya` Allah tahu bahwa mengikuti hawa nafsu adalah kesesatan yang nyata. Barangkali di antara kita ada yang keberatan dengan poin yang satu ini. Untuk itu mari kita camkan baik-baik Firman Allah Ta’ala kepada Nabi Dawud Alaihis salam,

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ [ص/26]
"Hai Dawud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan hukum di antara manusia dengan kebenaran (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah." (Shad: 26).
Perhatikanlah bagaimana Allah hanya menyebutkan dua keputusan hukum, yaitu kebenaran dan hawa nafsu.
Dalam surat al-Qashash ayat 50 Allah Ta’ala berfirman,

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
"Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat hidayah dari Allah sedikit pun? Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."
Dalam ayat ini Allah juga hanya menyebutkan dua jalan, yaitu hidayah dan hawa nafsu. Begitu pula surat al-Jatsiyah: 18,

ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاء الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ
"Kemudian kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peratur-an) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan jangan-lah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui."
Di sini Allah juga hanya menyebutkan dua pilihan untuk diikuti, yaitu syariat Agama dan hawa nafsu.
Jika demikian, maka jika akal manusia tidak mengikuti syariat yang ditetapkan Allah dan RasulNya, maka dia pasti mengikuti hawa nafsu; hawa nafsu dirinya atau hawa nafsu orang lain. Itulah sebabnya, hanya ada tauhid atau syirik, sunnah atau bid'ah. Semua syirik adalah rusak dan semua bid'ah juga rusak.
Kelima: Semua dalil-dalil yang shahih mencela bid'ah secara mutlak, tanpa kecuali, dan tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan atau paling tidak mengisyaratkan bahwa bid'ah itu ada yang sayyi`ah (buruk) dan hasanah (baik).
Ingat kembali sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah kita sebut di awal khutbah tadi,

وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ.
"Perkara yang paling buruk adalah ajaran-ajaran baru (dalam Agama) yang dibuat-buat, setiap ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah kesesatan, dan setiap kesesatan adalah di neraka."
Dalam wasiat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang terkenal diriwayatkan oleh al-Irbad bin Sariyah Radhiyallahu ‘anhu, dan di akhir wasiat agung tersebut Rasul mengingatkan,

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ.
"Dan jauhilah ajaran-ajaran baru yang dibuat-buat, karena semua ajaran baru yang dibuat-buat adalah bid'ah, dan semua bid'ah adalah kesesatan." (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah. Dan dishahihkan oleh al-Albani 5).
Kedua hadits ini -dan tentu saja masih banyak hadits-hadits yang lain- sama sekali tidak menyebutkan adanya bid'ah hasanah, setelah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menegaskan secara mutlak bahwa semua bid'ah itu sesat. Dan inilah yang dipahami oleh para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam dan di antara mereka adalah sahabat yang mulia Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma, yang dikenal sebagai salah seorang di antara sahabat-sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang paling teguh mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Ibnu Umar berkata,

كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً.
"Setiap bid'ah itu adalah kesesatan sekalipun orang melihatnya sebagai suatu yang baik." .
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ أَقُوْلُ قَوْلِي هَذا أَسْتَغْفِرُ اللهَ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ
Khutbah yang kedua
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللَّّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jama'ah Jum'at yang Dirahmati Allah
Lima kaidah ini saya kira sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan, bahwa tidak ada bid'ah hasanah dalam Islam.
Cobalah kita simak kembali dengan seksama sabda agung Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ.
"Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal (ibadah) yang tidak didasari oleh Agama kami maka amal tersebut tertolak."
Bahkan dalam lafazh lain mengatakan,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَـذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ.
"Barangsiapa yang membuat-buat ajaran baru dalam Agama kami ini yang bukan darinya, maka ajaran tersebut tertolak." (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim).
Jama'ah yang Dirahmati Allah
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita sebagai orang ikhlas dalam beribadah kepadaNya dan menjadikan kita orang-orang yang teguh mengikuti Sunnah RasulNya Shallallahu ‘alaihi wasallam.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالمَِينَ.
[Oleh: Drs. Hartono Ahmad Jaiz ]
(Dikutib dari Buku Kumpulan Khutbah Jum’at Pilihan Setahun Edisi ke-2, Darul Haq Jakarta).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar